Kemajuan teknologi merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Kemajuan adalah kebutuhan manusia, semenjak revolusi industry di Inggris telah mendorong kemajuan teknologi manusia semakin hari semakin pesat dan cepat. Kemajuan ada di berbagai bidang, salah satunya adalah kemajuan teknologi komunikasi, internet adalah salah satu hasil kemajuan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan manusia. Selain internet kemajuan teknologi HandPhone yang belakangan menjadi Smartphone atau gadget telah masuk ke kampong-kampung. Dahulu mungkin gadget hanya dimiliki orang-orang tertentu saja, perkembangan sekarang gadget sudah dimiliki hampir semua orang bahkan anak-anak di kampong-kampung. Gadget seolah menjadi kebutuhan, di mana semua orang seolah membutuhkannya. Menurut data statistic lembaga riset pemasaran digital perkiraan e-marketer, pada 2018 saja jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia telah lebih dari 100 juta orang.
Perkembangan yang demikian bak pedang bermata dua, gadget misalnya di satu sisi bagus sangat bermanfaat untuk bermacam-macam kegunaan, menghitung, akses internet, komunikasi, bermain game, jejaring sosial media, dan pemacu perkembangan masyarakat lainnya, akan tetapi di sisi lain juga menimbulkan sisi buruk. Salah satu dampak buruk ini adalah kecanduan gadget, remaja atau anak-anak yang kecanduan gadget bisa dilihat dari waktu penggunaannya yang bisa lebih dari 6 jam perhari. Kecanduan ini memberikan beberapa dampak negative, salah satunya anak-anak menjadi lebih individualis dan kurang senang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, selain itu juga berdampak buruh bagi kesehatan anak tersebut, karena gadget membuat aktivitas fisik anak sangat berkurang karena kurangnya gerak tubuh. Kecanduan gadget ini juga membuat anak-anak tidak mengenal budayanya sendiri, permainan tradisional misalnya telah jarang dimainkan oleh anak-anak di jaman sekarang karena telah beralih ke game handphone atau gam online.
Kekhawatiran ini dibaca oleh Achmad Irfandi, pemuda asal Desa Pagergumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur ini memiliki gagasan Kampung Lali Gadget (KLG).
![]() |
Achmad Irfandi pemuda asal Desa Pagergembuk, Sidoarjo, Jawa Timur |
Gerakan Kampung
Lali Gadget (KLG) telah dimulai sejak 1 April 2018 dan sebagai jawaban atas
kekhawatirannya terhadap bahaya kecanduan gadget di kalangan anak-anak. Di kampungnya
memang belum ada anak-anak yang sudah kecanduan gadget, akan tetapi
mengantisipasi selalu lebih baik daripada mengobati. Untuk itulah Achmad
Irgandi mengantisipasi agar anak-anak di lingkungannya terhindar dari kecanduan
gadget. Fokus dari kegiatan konservasi budaya ini adalah untuk mengangkat
permainan tradisional. Permainan tradisional ternyata cukup efektif untuk
mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget mereka.
Gerakan Kampung Lali Gadget ini
juga menggerakkan kawan-kawan pemuda dari Desa setempat, dimana pemuda
diberdayakan sebagai perencana, fasilitator edukasi, serta pendamping. Pemberdayaan
pemuda dan masyarakat ini tidak hanya di dalam desa, akan tetapi juga di luar
desa.
Aktivitas program Kampung Lali
Gadget (KLG) di Desa Pagergumbuk, Sidoarjo ini mengajarkan edukasi budaya,
kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, dan permainan tradisional. Efeknya tidak
hanya mengurangi kecanduan anak-anak tergadap gadget atau gawau tetapi juga
membantu mengedukasi anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal. Program ini
seharusnya tidak berhenti di Sidoarjo, desa-desa di Blora dapat mencontoh
gerakan Kampung Lali Gadget ini untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal
yang ada di Blora.
Achmad Irfandi selaku penggerak utama program ini berharap gerakan Kampung Lali Gadget di Desa Pagergembuk, Kabupaten Sidoaro, Jawa Timur bisa berkembang dan menjadi desa wisata atau desa jujugan (tujuan) orang tua yang ingin berwisata edukasi dan menyembuhkan kecanduan gawai pada anak-anaknya. Tim Kampung Lali Gadget (KLG) berharap isu kecanduan gawai bisa diangkat secara nasional dan menjadi keprihatinan bersama sehingga setiap orang berusaha mengurangi dampak dari hal tersebut.
0 Comments:
Posting Komentar