Indonesia
merupakan Negara yang kaya akan keberagaman suku, ras, dan budaya. Setiap Provinsi
atau wilayah yang berada dalam lingkup Negara Kesatuan Republik indonesia memiliki
ciri khas dan keunikan masing-masing, Hal ini dapat dilihat dari tradisi dan
kebudayaan di daerah tersebut. Tradisi ada kerena selalu dilestarikan dan
dijaga keberadaaannya oleh masyarakat setempat, sehingga tidak akan hilang dan
pudar dimakan zaman. Salah satu daerah yang memiliki keunikan akan tradisi nya
adalah Sumatera Barat. Sumatera Barat merupakan daerah yang kaya akan alam, budaya,
tradisi, dan adat istiadat. Dari banyaknya tradisi dan budaya yang terdapat di
Provinsi Sumatera Barat, ‘pacu jawi’
adalah salah satu destinasi budaya yang paling menarik perhatian para wisatawan,
baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
![]() |
Gambar Pacu Jawi - Sumatera Barat sumber : Dinas Pariwisata Sumatera Barat |
Asal Usul Pacu
Jawi
Pacu jawi adalah
sebuah perlombaan olahraga tradisional yang berasal dari Kabupaten Tanah Datar,
Provinsi Sumatera Barat. ‘Balapan sapi’ khas minang atau lebih dikenal dengan
pacu jawi oleh masyarakat Minangkabau merupakan salah satu ikon budaya dari
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tidak ada informasi pasti sejak kapan tradisi
ini dimulai, yang jelas tradisi ini telah dilakukan sejak beratus- ratus tahun
yang lalu. Pacu jawi berasal dari salah satu daerah tertua di Sumatera Barat yang mana diyakini sebagai asal
mula nenek moyang masyarakat Minangkabau atau lebih dikenal dengan Luhak Nan
Tuo tepatnya di Nagari Tuo (desa tua) Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
Awalnya pacu jawi ini sebagai bentuk upaya para petani
zaman dulu untuk menemukan cara membajak sawah yang baik dan benar karena tidak adanya alat dan teknologi yang canggih
seperti saat ini. Pacu jawi ditemukan oleh Dt.Tantejo Gurhano yang merupakan
orang tertua pada saat itu yang arif dan bijaksana. Beliau memikirkan cara agar sawahnya menjadi subur dan
mudah ditanami.
Akhirnya, dengan dibantu oleh
kemenakan nya sebagai supir (joki) yang mengendalikan sapi dan dua orang lagi
yang memegang dan mengarahkan jawi. Dua orang
ini difungsikan untuk memegang tali jawi yang berada dimulut jawi. Akhirnya setelah dibajak menggunakan jawi didapatkan
hasil sawah yang subur dan gembur sehingga
hasil panen melimpah. Tanah yang subur dan
gembur disebabkan oleh kotoran jawi.
Pelaksanaan Pacu Jawi
Pacu jawi dilaksanakan setelah musim panen tiba,hal
ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur karena hasil panen yang melimpah. Saat ini pacu jawi dilakukan setiap tahun yang mana
diselenggarakan secara bergiliran secara empat minggu berturut-turut diempat kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Datar, yaitu Kecamatan Limo Kaum, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Pariangan dan Kecamatan Sungai Tarab. Berbeda dengan “Karapan Sapi” (mirip seperti tradisi
pacu jawi,namun tradisi karapan sapi berasal dari Madura, Jawa Timur) yang menggunakan tanah datar sebagai media
atau arena bermainnya , pacu jawi menggunakan sawah yang sudah basah sebagai
media kegiatannya.
Adapun tata cara pacu jawi sebagai berikut:
1.
Tahap Persiapan
Tuan rumah yang menjadi penyelenggara acara akan
berunding atau bergotong royong terlebih dahulu. Gotong royong ini dilaksanakan dengan membersihkan lokasi dan memastikan saluran air lancar. Setelah acara selesai, maka masyarakat juga bergotong royong membersihkan
lumpur dan meratakan sawah agar siap untuk ditanam kembali. Hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah
mempersiapkan lokasi dan air serta menghaluskan lahan.
2.
Tahap
Pelaksanaan
a.
Pembukaan
Seperti acara pembukaan pada
umumnya, pada acara pembukaan pacu
jawi akan
dibuka oleh kepala dinas atau pemerintah daerah setempat, serta dihadiri juga
oleh para tokoh adat atau orang terkemuka didalam masyarakat. Pada acara
pembukaan biasa nya juga diiringi oleh lagu dan alat musik tradisonal seperti
talempong.
b.
Perlombaan
pacu jawi
Perlombaan pacu
jawi dilaksanakan
setiap hari Sabtu dan dimulai dari pukul 10.00 hingga 17.00 WIB. Jadwal
kegiatan pacu jawi diatur oleh PORWI (Persatuan
Olahraga Pacu Jawi). Perlombaan pacu jawi, digunakan jawi berjumlah dua ekor
dengan satu orang penjoki, sedangkan cara penilaian dalam pacu jawi tidak memiliki juri khusus, karena penonton sendiri sudah
dapat menilai mana jawi yang bagus dan mana yang tidak saat berlari di area
pacuaan. Jawi yang bagus adalah jawi yang berjalan lurus dan tidak melenceng
kemana-mana.
3.
Tahap
Penutup
Rangkaian acara pada saat penutupan lebih meriah dari acara pembukaannya, karena dalam tahap penutupan ini banyak agenda yang mengisi acara penutupan sehingga
terlihat lebih meriah. Agenda-agenda itu misalnya saja pawai atau arak-arakan. Momen ini
sangat dinanti-nantikan banyak orang, karena saat pawai penonton dapat melihat keunikan lain dari tradisi di Kabupaten Tanah
Datar. Para jawi akan didandani dan dipakaikan suntiang. Jawi-jawi yang sudah didandani ini akan diarak bersama
ibu-ibu yang membawa dulang(nampan berbentuk
lingkaran yang permukaannya datar) yang dibungkus dengan kain berwarna-warni, dulang ini
berisi makanan khas daerah.
Selanjutnya yang tak kalah heboh adalah penampilan
kesenian dari masyarakat. Kesenian
yang dipertunjukkan
sangat beragam mulai dari tari
piring, talempong pacik, dan juga ada pepatah-petitih dari niniak mamak. Penampilan -penampilan tersebut dilakukan di bawah sebuah tenda yang sudah disiapkan.
Manfaat Pacu Jawi
Terdapat banyak sekali manfaat dari pacu jawi ,diantaranya:
1.
Memperkenalkan
serta melestarikan tradisi pacu jawi
2.
Sarana
hiburan
3.
Menaikkan
harga jual jawi
4.
Sarana
silaturrahmi antar masyakarat
5.
Menaikkan
perekonomian masyarakat setempat
Apakah pacu jawi hanya ada di Kabupaten Tanah Datar
saja? Pusat dari tradisi ini berada di Kabupaten Tanah Datar karena tradisi ini berasal dari sana, namun karena perkembangan zaman memberikan perubahan yang cukup besar kepada setiap daerah yang ada di Sumatera Barat. Sekarang beberapa daerah juga mengadakan acara pacu
jawi, seperti Kabupaten Agam dan Kabupaten 50 Kota.