20 Okt 2025

Kamaba Yogyakarta Menggelar Gathering & Sharing Perdana Dengan Metode Mini Zine

Peserta Gathering and Sharing Kamaba Yogyakarta 2025
Foto : Peserta Gathering and Sharing Kamaba Yogyakarta 2025

Komunitas Mahasiswa Blora (Kamaba) Yogyakarta menggelar kegiatan Gathering & Sharing #01 di Sebelas Coffee, Jalan Hos Cokroaminoto, Yogyakarta pada Minggu (19/10). Kegiatan ini menjadi ajang perkenalan sekaligus penguatan relasi antara mahasiswa baru, pengurus, dan anggota aktif Kamaba YK.

Mengusung tema “Make Mini Zines to Get to Know Each Other”, kegiatan ini menawarkan cara baru untuk saling mengenal melalui karya kreatif. Para peserta diajak membuat mini zine, yaitu lembaran kecil berisi gambar dan tulisan yang menceritakan tentang diri mereka. Tidak hanya sekadar menggambar, setiap peserta juga diberi kesempatan menjelaskan makna dari karya yang mereka buat kepada peserta lain.

Suasana kegiatan berlangsung hangat dan santai. Setelah sesi pembuatan zine selesai, para peserta bergantian menunjukkan hasil karya mereka. Dalam setiap lembar zine terselip cerita personal yang beragam mulai dari pengalaman diri, harapan, mimpi, kebiasaan sehari-hari, hingga penggambaran tentang orang yang berada di sekitar mereka.

Salah satu peserta, Dinasti Citra, mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini memberikan pengalaman berbeda dalam berkenalan dan membangun kedekatan.

“Kamaba sering adain kegiatan kayak gini, dua minggu sekali kek. Seru,” ujar Dinasti Citra.

Foto Mini Zine dari peserta

Selain menjadi media perkenalan, mini zine juga menjadi sarana bagi peserta untuk menyampaikan harapan terhadap Kamaba. Beberapa peserta menggambar rumah, simbol pelukan, bintang, atau menuliskan pesan sederhana yang menggambarkan keinginan agar Kamaba dapat menjadi tempat bernaung yang hangat di perantauan.

“Aku di sini menggambar rumah, karena aku berharap Kamaba bisa menjadi rumah bagi mahasiswa Blora yang berada di Jogja,” tutur Ika Wahyu Septyani Putri, salah satu pengurus yang mengikuti kegiatan.

Menariknya, kegiatan ini juga menolak stigma bahwa laki-laki tidak bisa atau enggan bercerita. Beberapa peserta laki-laki turut aktif menggambar dan menceritakan pengalaman pribadi mereka dengan terbuka. Melalui zine, salah satu peserta bahkan mengungkapkan ketakutannya terhadap adiknya. Hal ini menunjukkan bahwa ruang Kamaba bukan hanya wadah berbagi kreativitas, tetapi juga tempat aman bagi siapa pun untuk bercerita tanpa batasan gender.

Melalui kegiatan ini, suasana kebersamaan tampak terbangun secara alami. Para anggota, pengurus, dan mahasiswa baru saling membaur tanpa sekat. Mereka tidak hanya berbagi karya, tetapi juga membentuk koneksi emosional yang erat. Momen tersebut menjadi ruang pertemuan hangat di mana identitas dan latar belakang berbeda dipertemukan dalam semangat yang sama: menjadi bagian dari keluarga besar Kamaba.

Kegiatan ditutup dengan refleksi bersama dan sesi foto. Koordinator kegiatan, Andika Saputra, menyampaikan bahwa Gathering & Sharing akan menjadi agenda rutin Kamaba YK untuk mempererat hubungan antaranggota melalui medium kreatif.



Penulis : Agna Niha Azzahra

10 Okt 2023

InacomID Kawinkan Pertanian dan Teknologi

Ketahanan pangan dan kemajuan teknologi adalah wajah masa depan dunia. Tahun 2023 ini menjadi fenomena di berbagai Negara terjadi kenaikan harga pangan, di Indonesia sendiri kenaikan harga makanan pokok (beras) telah mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa bulan terakhir dan menjadi permasalahan yang genting. Selain itu, banyak Negara yang biasanya menjadi pengekspor pangan di dunia menutup kanal ekspornya karena mahalnya harga dan membutuhkan untuk ketahanan Negara masing-masing. Pertanian adalah salah satu penopang dari ketahanan pangan Negara.

Di sisi lain, kemajuan teknologi adalah keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mencoba dan mencari hal-hal yang baru, maka dari itu kemajuan teknologi adalah keniscayaan karena keberadaannya selalu sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Kombinasi bidang pertanian dan teknologi adalah trobosan yang cerdas dan dibutuhkan. Selain itu fenomena pembelian produk pertanian dari petani dengan harga rendah oleh tengkulak menjadi masalah tersendiri dan sseolah menjadi rahasia umum selama ini. Fenomena itu telah terjadi di mana-mana yang secara tidak terasa sebenarnya juga terjadi di Blora.

InacomID melihat fenomena itu dalam produk kelapa di Indragiri Hilir Provinsi Riau yang diminati pasar Internasional karena kualitasnya. Di sana produk kelapa yang berkualitas dan diminati pasar Internasional itu dibeli dengan harga rendah oleh tengkulak. Dengan penggagas awal empat orang sahabat berlatar belakang keahlian berbeda, seorang pengusaha logistic, seorang mantan pegawai bea cukai, penjual hasil tani, dan ahli teknologi informasi. Salah satunya Muhammad Aria Yusuf.


Muhammad Yusuf Aria

InacomID hadir untuk berusaha menyejahterakan para petani dengan menghubungkan petani, pemilik lahan, usaha kecil mikro dengan pasar lokal dan internasional untuk kegiatan jual beli. Bukan hanya menghubungkan dengan pasar lokal dan internasional saja InacomID juga mengedukasi petani tentang cara terbaik dalam bertani. Walaupun kemajuan teknologi yang ada sekarang dan banjirnya informasi di internet, pada kenyataannya banyak petani yang masih menggunakan cara tradisional dalam bertani. Dengan menggunakan cara-cara tradisional itu sehingga tidak bisa mengatur kualitas produk yang dihasilkan. Selain itu, InacomID juga mengedukasi petani bahwa ada lonjakan nilai pada komuditas tertentu sehingga tidak perlu menjual kepada tengkulak dengan harga murah padahal barang berkualitas. Dengan edukasi ini, telah terjadi peningkatan daya tawar komuditi para petani dengan sebelumnya para petani di Tembilahan dan Indragiri Hilir hanya memperoleh Rp.400-1.300 per kilogram. Sekarang, pentane dapat menjual hasil panennya kepada InacomID dengan harga Rp.750-2.100 per kilogram.

Kabupaten Blora sebagai salah satu daerah sentra pangan di Indonesia memiliki posisi strategis dalam ketahanan pangan nasional. Sebagai informasi Kabupaten Blora adalah penghasil komoditi Jagung kedua terbesar di Jawa Tengah setelah Kabupaten Grobogan. Sektor pertanian adalah kontribusi menyumbang PRDB (Produk Domestik Regional Bruto) di Kabupaten Blora. sehingga dapat secara singkat dapat dikatakan sektor pertanian adalah tulang punggung ekonomi Kabupaten Blora.

Trobosan IcacomID dalam bidang kombinasi sektor pertanian dan teknologi dapat menjadi percontohan yang baik untuk wilayah Blora. Kombinasi pertanian dan teknologi dapat lebih meningkatkan perekonomian para petani di Kabupaten Blora.

InacomID telah beroperasi di 9 titik di lima provinsi, yakni : Tembilan dan Indragiri Hilir di Provinsi Riau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur di Provinsi Jambi, Kabupaten Lampung Selatan di Provinsi Lampung, Surabaya di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Buton Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara, serta Kabupaten Donggala di Provinsi Sulawesi Tengah.

1 Okt 2023

Lestarikan Budaya, Achmad Irfandi Gerakkan “Kampung Lali Gadget”

Kemajuan teknologi merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Kemajuan adalah kebutuhan manusia, semenjak revolusi industry di Inggris telah mendorong kemajuan teknologi manusia semakin hari semakin pesat dan cepat. Kemajuan ada di berbagai bidang, salah satunya adalah kemajuan teknologi komunikasi, internet adalah salah satu hasil kemajuan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan manusia. Selain internet kemajuan teknologi HandPhone yang belakangan menjadi Smartphone atau gadget telah masuk ke kampong-kampung. Dahulu mungkin gadget hanya dimiliki orang-orang tertentu saja, perkembangan sekarang gadget sudah dimiliki hampir semua orang bahkan anak-anak di kampong-kampung. Gadget seolah menjadi kebutuhan, di mana semua orang seolah membutuhkannya. Menurut data statistic lembaga riset pemasaran digital perkiraan e-marketer, pada 2018 saja jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia telah lebih dari 100 juta orang.

Perkembangan yang demikian bak pedang bermata dua, gadget misalnya di satu sisi bagus sangat bermanfaat untuk bermacam-macam kegunaan, menghitung, akses internet, komunikasi, bermain game, jejaring sosial media, dan pemacu perkembangan masyarakat lainnya, akan tetapi di sisi lain juga menimbulkan sisi buruk. Salah satu dampak buruk ini adalah kecanduan gadget, remaja atau anak-anak yang kecanduan gadget bisa dilihat dari waktu penggunaannya yang bisa lebih dari 6 jam perhari. Kecanduan ini memberikan beberapa dampak negative, salah satunya anak-anak menjadi lebih individualis dan kurang senang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, selain itu juga berdampak buruh bagi kesehatan anak tersebut, karena gadget membuat aktivitas fisik anak sangat berkurang karena kurangnya gerak tubuh. Kecanduan gadget ini juga membuat anak-anak tidak mengenal budayanya sendiri, permainan tradisional misalnya telah jarang dimainkan oleh anak-anak di jaman sekarang karena telah beralih ke game handphone atau gam online.


Kekhawatiran ini dibaca oleh Achmad Irfandi, pemuda asal Desa Pagergumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur ini memiliki gagasan Kampung Lali Gadget (KLG).

Achmad Irfandi pemuda asal Desa Pagergembuk, Sidoarjo, Jawa Timur


Gerakan Kampung Lali Gadget (KLG) telah dimulai sejak 1 April 2018 dan sebagai jawaban atas kekhawatirannya terhadap bahaya kecanduan gadget di kalangan anak-anak. Di kampungnya memang belum ada anak-anak yang sudah kecanduan gadget, akan tetapi mengantisipasi selalu lebih baik daripada mengobati. Untuk itulah Achmad Irgandi mengantisipasi agar anak-anak di lingkungannya terhindar dari kecanduan gadget. Fokus dari kegiatan konservasi budaya ini adalah untuk mengangkat permainan tradisional. Permainan tradisional ternyata cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget mereka.

Gerakan Kampung Lali Gadget ini juga menggerakkan kawan-kawan pemuda dari Desa setempat, dimana pemuda diberdayakan sebagai perencana, fasilitator edukasi, serta pendamping. Pemberdayaan pemuda dan masyarakat ini tidak hanya di dalam desa, akan tetapi juga di luar desa.

Aktivitas program Kampung Lali Gadget (KLG) di Desa Pagergumbuk, Sidoarjo ini mengajarkan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, dan permainan tradisional. Efeknya tidak hanya mengurangi kecanduan anak-anak tergadap gadget atau gawau tetapi juga membantu mengedukasi anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal. Program ini seharusnya tidak berhenti di Sidoarjo, desa-desa di Blora dapat mencontoh gerakan Kampung Lali Gadget ini untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal yang ada di Blora.

Achmad Irfandi selaku penggerak utama program ini berharap gerakan Kampung Lali Gadget di Desa Pagergembuk, Kabupaten Sidoaro, Jawa Timur bisa berkembang dan menjadi desa wisata atau desa jujugan (tujuan) orang tua yang ingin berwisata edukasi dan menyembuhkan kecanduan gawai pada anak-anaknya. Tim Kampung Lali Gadget (KLG) berharap isu kecanduan gawai bisa diangkat secara nasional dan menjadi keprihatinan bersama sehingga setiap orang berusaha mengurangi dampak dari hal tersebut.